Blog ini berisi tentang keindahan alam, budaya, pesona wisata di wilayah Magelang yang begitu menakjubkan

Minggu, 30 Oktober 2011

Museum Bumi Putera 1912


Museum asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 merupakan museum Asuransi pertama di Indonesia. Terletak di Jalan Jenderal A. Yani No. 21 Magelang. Di dalam museum ini dipamerkan berbagai dokumen lama, mulai periode 112, foto-foto penting, dan peralatan kantor sederhana yang digunakan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 pada masa yang silam. Maksud dari pendirian Museum ini adalah sebagai upaya untuk melestarikan gagasan, cita-cita dan karya para perintis berdirinya AJB Bumiputera 1912 yang merupakan penjabaran dari Perjuangan Pergerakan Kemerdekaan Boedi Oetomo, di bidang Kesejahteraan. Dengan melestarikan gagasan, cita-cita dan karya para pendiri Bumiputera itu, diharapkan para generasi penerus akan melestarikan tradisi pengabdian dengan semangat yang tak padam untuk meneruskan perjuangan mereka yang telah dibaktikan dengan penuh kesadaraan, keikhlasan, dan pengorbanan. Dengan menyimak sejarah Bumiputera ini, wisatawan akan lebih menyongsong hari esok, dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa dan karya para Pahlawannya.

Museum Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 di resmikan oleh Walikota Magelang Drs. Bagus Panuntun pada hari Senin tanggal 20 Mei 1985, bertepatan dengan Peringatan Hari Ulang tahun ke 17 Pergerakan Kebangkitan Nasional. Bangunan gedung museum ini adalah bangunan seni budaya tradisional Indonesia dengan bentuk bangunan khas Jawa Tengah, yaitu Joglo beratap tiga. Di depan Museum berdiri dengan gagah patung para pendiri AJB Bumiputera 1912.

Koleksi

Koleksi Museum Bumiputera 1912 berupa, Foto pendiri, Dokumen surat-surat, Mesin ketik, Mesin hitung, Mesin cetak, Buku-buku ilmiah, Mata uang kertas, Foto-foto Kan-Cab, Buku-buku panduan/budaya dll, Patung pendiri, Patung Darupala, Foto-foto pahlawan.
Lokasi Museum
Jalan Jend. A. Yani No.21, Magelang 56117
Telp. 0293-362610, Fax. 0293-363280

Transportasi
Jarak tempuh dari Bandar udara : 42 Km
Jarak tempuh dari Pelabuhan Laut : 75 Km
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 2 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : 42 Km

Jadwal Kunjung
Senin s/d Jum'at : 08.00 s/d 16.30
Sabtu - Minggu : tutup
Harga Karcis
Tidak dipungut biaya
Fasilitas
Luas Tanah / Luas Bangunan : 500 m2 / 200 m2
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Auditorium
- Ruang Perpustakaan
- Ruang Administrasi
- Ruang Mushola
- Toilet

Organisasi
Jumlah Pegawai 2 orang
- Tenaga Fungsional : 1 orang
- Cleaning Service : 1 orang

Program Museum
Ceramah, Workshop, Penyuluhan, Lomba/Festifal.

Candi Lumbung


Candi Lumbung ini terletak di wilayah Tlatar, Sawangan, Magelang. untuk menuju ke Candi Lumbung dari arah Kota Blabak ke jurusan KetepPass kurang lebih 6Km. Sampai di pertigaan Tlatar, belok kearah timur kuang lebih 500 m. Candi ini tidak ada data dari balai arkeologi. Menilik bangunannya bercorak Siwa Hindu. Lingga maupun Joninya sudah tidak ada. Yang menarik pada Candi Lumbung ini adalah panoramanya yang masih alami, menuju ke candi ini masih melewati pematang sawah, dengan view Gunung Merapi dan berada di tepi lereng sungai Pabelan.

Museum Seni Rupa H. Widayat


Museum Seni Rupa H. Widayat berdiri diatas areal tanah seluas ± 7.000 m2 terletak di jalur wisata diantara candi Mendut dan candi Borobudur, kira-kira 2 kilometer sebelum memasuki area Candi Borobudur, tepatnya di Jl. Letnan Tukiyat 32 Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Museum Haji Widayat terdiri atas 3 bangunan utama, MUSEUM H. WIDAYAT, GALERI HJ. SOEWARNI (d/h GALERI WIDAYAT) dan ART SHOP HJ. SOEMINI, serta AREA TAMAN yang dimanfaatkan untuk meletakkan karya seni outdoor, dibangun tahap demi tahap sesuai dengan perluasan area dan peruntukannya.

Museum Haji Widayat adalah wujud nyata dari sebuah impian, obsesi dan prestasi dari pelukis H. Widayat. Impian dan obsesinya untuk memelihara dan mengabadikan karya-karya pelukis muda, khususnya mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia/ASRI (Institut Seni Indonesia/ISI).

Selama lebih dari 40 tahun, sebelum akhirnya terealisasi, memiliki museum merupakan cita-cita H. Widayat. Mungkin itu adalah obsesi terbesar dari seorang H. Widayat. Bukan saja sebagai tempat memamerkan karya-karya pribadinya maupun karya-karya pelukis dan perupa lain, tetapi sebagai seniman yang menjadi dosen Akademi Seni Rupa Indonesia, motivasi utamanya adalah menjadikan museum pribadinya sebagai tempat untuk belajar dan mengapresiasi karya seni. Sepulang dari belajar di Jepang pada tahun 1962, usulan untuk membuat museum ini muncul dan disodorkan oleh kawan dekatnya, Fadjar Sidik. Ide mendirikan museum ini sebenarnya bermula dari keprihatinan Widayat, yang pada saat itu sudah Pensiun dari Staf Pengajar di Fakultas Seni Rupa (FSR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, melihat koleksi karya-karya mahasiswa yang hanya bertumpuk di gudang, bahkan banyak yang hilang diambil orang. Peristiwa itulah yang mendorong munculnya usulan Fadjar Sidik yang lantas direalisasikannya setapak demi setapak.

Museum H. Widayat dibangun tahun 1991 dan diresmikan pembukaannya pada tanggal 30 April 1994 oleh Prof. DR. Ing. Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pecinan Magelang


A. Selayang Pandang
Jalan Pemuda atau yang lebih dikenal dengan nama Pecinan sering disebut Malioboro-nya Magelang. Kawasan pecinan ini merupakan pusat perbelanjaan dan bisnis yang ada di Kota Magelang. Di sisi kiri dan kanan jalan sepanjang 1,5 kilometer ini berdiri banyak toko dan minimarket serta restoran.

Kawasan Pecinan Magelang ini terdiri atas dua ruas jalan. Ruas pertama adalah ruas jalan untuk kendaraan bermotor yang merupakan ruas jalan satu arah. Sedangkan ruas satunya lagi merupakan jalur lambat yang kini digunakan sebagai jalan khusus untuk becak maupun kendaraan roda dua. Ruas jalan ini dulunya dilalui kereta api yang kini sudah tidak ada lagi di Magelang.

Pecinan merupakan salah satu landmark Magelang di samping tempat lainnya. Di ruas-ruas jalan Kawasan Pecinan ini sudah tidak ada satupun ruang yang kosong karena semuanya telah dipadati oleh pertokoan. Sejak dahulu, Kawasan Pecinan ini merupakan pusat kegiatan ekonomi Magelang. Status Magelang sebagai salah satu greemente (karisidenan) mengharuskan Magelang memiliki insfrastuktur transportasi maupun perdagangan yang memadai. Kawasan Pecinan inilah salah satu peninggalan infrastuktur peninggalan pemerintahan kolonial yang hingga kini masih berjalan.

Di kawasan ini, pengunjung dapat membelanjakan uang untuk berbagai kebutuhan yang dijual toko, ruko, maupun warung yang terletak di sepanjang jalan-jalan di Pecinan Magelang. Di kawasan ini, pengunjung dapat membeli kebutuhan rumah tangga, sembako, perkakas rumah tangga, maupun kebutuhan-kebutuhan sekunder maupun tersier lainnya. Selain itu, kawasan ini pun menyediakan sajian kuliner khas Magelang maupun masakan nusantara lainnya, seperti kupat tahu Magelang, gudeg Yogya, masakan padang hingga masakan peranakan Cina.

B. Keistimewaan
Bagi orang Magelang sudah tentu tidak asing lagi dengan nama Pasar Petukangan atau Pasar Pecinan ini. Pasar ini sungguh unik dan menarik, sebab pasar ini benar-benar memanfaatkan lorong atau gang sempit yang berada di kawasan ini. Kawasan ini juga sangat ramai karena barang dagangan yang digelar juga cukup lengkap. Bahkan beberapa jenis barang sangat sulit dijumpai di pasar-pasar tradisional lainnya.

Sebagai pusat Kota Magelang, Kawasan Pecinan menyajikan berbagai variasi aktivitas berbelanja. Mulai dari cara-cara berbelanja tradisional hingga bentuk-bentuk aktivitas belanja modern. Salah satu cara berbelanja khas yang bisa Anda lalukan di sini ialah proses tawar-menawar berbagai barang yang dijual oleh pemilik toko atau para pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang trotoar di kawasan ini.

Mengunjungi Kawasan Pecianan ini, Anda akan mendapatkan sepaket wisata plus. Selain Anda bisa menikmati sajian berbelanja, Anda juga akan menikmati obyek-obyek wisata liannya seperti obyek wisata sejarah, wisata arsitektur peninggalan kolonial, wisata alam Bukit Tidar, dan juga wisata belanja Pasar Tradisional Pertukangan. Obyek-obyek wisata sejarah yang berada di sekitar Kawasan Pecinan di antaranya Masjid Agung Magelang dan alun-alunnya, Klenteng Magelang, Museum Kamar Petilasan Pangeran Diponegoro, Museum BPK, Museum Bumi Putera 1912, Kampung Kauman, serta landmark Kota Magelang lainnya, yakni penampungan air.

C. Lokasi

Kawasan Pecinan terletak di sepanjang Jalan Pemuda, Kota Magelang, Jawa Tengah.

D. Akses

Untuk menuju Kawasan Pecinan Magelang ini, Anda dapat menggunakan moda angkutan darat baik pribadi maupun umum. Untuk kendaraan umum, Anda dapat mengawali perjalanan dari Yogyakarta melalui Terminal Giwangan maupun sub-terminal Jombor. Dari kedua terminal tersebut, Anda bisa melanjutkan perjalanan dengan bus umum antar kota antar provinsi dengan trayek Yogyakarta-Semarang. Dengan bus trayek ini, Anda lantas turun di Terminal Tidar Magelang. Perjalanan bisa Anda lanjutkan dengan menaiki ankutan kota berwarna biru dengan titik pemberhentian di Alun-alun Kota Magelang.

Sedangkan bagi Anda yang menggunakan kendaraan pribadi, Anda dapat lansung menargetkan tujuan pemberhentian langsung ke Alun-alun Magelang. Jalur tersebut bisa Anda tempuh dari Yogyakarta dengan melintasi Jalan Magelang lantas menuju ke Alun-alun Kota Magelang yang terletak di Jalan Tentara Pelajar. Dari jalan ini, Anda bisa langsung menuju Jalan Pemuda yang terletak di sebelah Timur Alun-alun Magelang.

E. Harga Tiket

Memasuki Kawasan Pecinan, wisatawan tidak dipungut biaya serupiah pun.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Tak diragukan lagi bahwa kawasan ini menyediakan berbagai macam akomodasi bagi wisatawan, mulai dari hotel dengan harga sewa kamar per malamnya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan, hingga atau homestay, yang harga sewa tiap kamarnya hanya berkisar Rp 20.000 per malam. Bagi yang berminat menginap, wisatawan dapat mencarinya di sekitar Jalan Pemuda.

Selain itu, wisatawan juga dapat memilih berbagai masakan berdasarkan selera masing-masing, mulai dari angkringan (warung berbentuk gerobak yang menyediakan serba-serbi makanan lokal), gudeg, nasi goreng, lalapan yang disajikan dengan suasana lesehan, berbagai masakan Cina, sampai fastfood atau masakan-masakan a la Barat dalam restoran atau café-café yang ada di sekitar Kawasan Pecinan.

Fasilitas yang menunjang kawasan ini tak hanya berupa akomodasi dan tempat makan saja, melainkan juga pos informasi bagi wisatawan, polisi pariwisata, tempat ibadah, kios-kios money changer, ATM, kios telepon, warung internet, dan tempat parkir yang luas.

Kolam Renang Mendut


Kolam Renang Mendut terletak strategis di dekat Kota Mungkid, Ibu Kota Kabupaten Magelang, di jalur wisata antara Candi Mendut hingga Borobudur.

Para wisatawan yang telah turun dari Borobudur bisa menikmati suasana santai dengan singgah untuk mandi di kolam renang yang berada di dalam Taman Rekreasi Mendut itu.

Fasilitas di objek wisata itu antara lain kolam renang umum berbentuk huruf "L" berukuran panjang 50 meter, lebar 25 meter dengan kedalaman secara berturut-turut 1,5 meter, dua meter, dan 3,5 meter, dilengkapi papan luncur setinggi dua meter.

Selain itu kolam renang anak-anak berbentuk angka "8" dengan kedalaman antara 50 dan 80 centimeter.
Sejumlah sarana wisata lainnya tempat penitipan pakaian, kamar mandi dan ganti pakaian, area bermain, taman, lapangan tenis, mushala, kantin, dan areal parkir.

Pada hari biasa pengunjung kolam renang itu sedikitnya 60 orang, sedangkan hari libur sedikitnya 130 orang.
Kolam renang Mendut juga menjadi tempat pilihan masyarakat dari berbagai tempat di Magelang dan sekitarnya untuk "padusan", sehari sebelum umat Islam menjalani ibadah Puasa Ramadan, setiap tahun.

Tiket masuk kolam renang Mendut untuk dewasa Rp2.500 per orang, anak-anak Rp2.200.

Desa Wisata Candirejo

Bila diuraikan, kata Candi (bahasa Jawa) berarti batu dalam bahasa Indonesia, dan kenyataannya separuh dari luas wilayah desa Candirejo berupa daerah berbukit yang masuk dalam kawasan pegunungan Menoreh yang merupakan bekas gunung api.

Nama Candirejo bermula dari ditemukannya candi di tempat ini. Berdasarkan bukti-bukti peninggalan di desa Candirejo, pernah terdapat sebuah candi yakni candi Brangkal (lokasinya di dusun Brangkal). Bukti peninggalan tersebut berupa batu candi, batu bata, arca, yoni dan sebagainya, yang merupakan peninggalan agama Hindu.

Kehidupan masyarakat desa Candirejo yang masih agraris didominasi oleh kegiatan pertanian. Jika mereka ingin menjual hasil panen dalam jumlah besar maka mereka akan menuju ke pasar Borobudur atau pasar Jagalan. Delman (andong) merupakan alat transportasi setempat yang masih banyak dipergunakan untuk kegiatan ekonomi antardesa. Rumah tradisional mereka berbentuk rumah jawa Kampung dan Limasan. Rumah dan dapur merupakan bagian yang terpisah dan ini masih tampak pada beberapa rumah. Kayu bakar masih merupakan pilihan utama sebagai bahan bakar rumah tangga.

Daya tarik wisata utama dari desa Candirejo adalah segala keunikannya, berupa kebudayaan tradisional, terkait keaslian kehidupan desa yang alami seperti Nyadran, adalah upacara adat mengirim doa untuk leluhur yang dilaksanakan setahun sekali, yakni pada bulan Ruwah (bulan pada kalender Jawa), dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Upacara Nyadran di tingkat desa dilaksanakan di gunung Mijil, sebuah bukit kecil yang terletak di perbatasan desa, yang dipimpin oleh juru kunci gunung Mijil.

Upacara-upacara adat di atas merupakan perlambang hubungan antara manusia dengan Tuhan-nya, manusia dengan leluhurnya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya. Simbol itu muncul dalam bahasa Jawa, "Memetri Bapa Ngangkoso Ibu Pertiwi".

Desa Candirejo juga memiliki sejarah sebagai tempat persinggahan pengikut pangeran Diponegoro (salah satu pahlawan perjuangan Indonesia) ketika berperang dengan tentara Belanda sekitar tahun 1825. Sebagai peninggalan budaya, momen itu tercurah dalam satu arian yang dikenal dengan nama Jathilan, yang menggambarkan latihan perang pasukan berkuda pangeran Diponegoro. Kesenian ini berkembang sejak tahun 1920-an dan memiliki beberapa versi.

Desa Candirejo dan sekitarnya, yang terletak di pegunungan Menoreh memiliki kekayaan sumber daya alam pandan. Pandan ditanam sebagai tanaman pembatas antarlahan dan tepi jalan. Tanaman ini banyak ditemui di bagian atas desa Candirejo, yakni di dusun Ngaglik, dusun Wonosari, dusun Kerekan dan dusun Butuh.

Desa Candirejo dilengkapi dengan sarana akomodasi yang cukup baik. Untuk mempertahankan suasana pedesaan yang masih asli, maka sarana akomodasi yang disediakan di desa Candirejo berupa pondok-pondok penginapan (home stay) yang diusahakan sendiri oleh masyarakat desa Candirejo.

Desa wisata Candirejo menawarkan beberapa paket wisata, antara lain:

Tamasya Keliling Desa
Paket ini menawarkan eksplorasi penjelajahan desa Candirejo, baik dengan berjalan kaki, atau menggunakan sarana angkutan delman (andong) desa. Pada kesempatan ini, wisatawan akan disuguhi dengan keunikan tradisi dan budaya masyarakat setempat, kesenian dan kerajinan rakyat, serta metode sistem pertanian tradisional.

Sistem Pertanian Desa
Paket wisata ini akan meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pelestarian dan pemeliharaan sumber-sumber daya alam, terutama yang berada di desa Candirejo. Para wisatawan dapat langsung merasakan dan mengerjakan bagaimana rasanya berinteraksi dengan alam di areal pertanian, juga dapat ikut berpartisipasi dalam memanen buah-buahan segar langsung dari lokasi pembudidayaannya.

Aktifitas Sungai
Ingin dapat menangkap ikan selincah para penduduk lokal? Bila ya, mari ikuti paket wisata ini dan bergabung dengan komunitas "Nylantrang" (komunitas para penangkap ikan). Para wisatawan dapat merasakan sendiri asyiknya menangkap ikan di sungai,juga dapat menikmati segarnya berenang dan mandi di sungai, tentu saja semua itu dalam pengawasan pemandu wisata.

Pendidikan Lingkungan (Alam)
Paket wisata ini menawarkan pendidikan tidak langsung tentang lingkungan hidup kepada para pelancong. Para wisatawan diharapkan dapat mengerti dan sadar akan pentingnya pelestarian dan pengelolaan alam dan lingkungan demi kelangsungan hidup saat ini dan generasi mendatang. Pelajarilah sistem pertanian organik, proses produksi bibit-bibit organik, dan bentuk pelestarian alam yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Kehidupan Masyarakat Setempat
Para wisatawan dapat tinggal di sebuah pondok penginapan milik penduduk, dan merasakan langsung suasana tradisional Jawa yang masih sangat melekat di tiap-tiap keluarga. Di sini, para pelancong dapat mengamati rutinitas sehari-hari dari masyarakat setempat, mulai dari menyiapkan masakan, cara memasak, sampai suasana tinggal di rumah-rumah desa

Kesenian Tradisional


 Para wisatawan memiliki kesempatan untuk menikmati berbagai kesenian tradisional di desa Candirejo. Tiap-tiap kesenian memiliki karakteristiknya masing-masing. Aktifitas menikmati kesenian tradisional di tengah-tengah komunitas penduduk desa akan memberikan nuansa tersendiri bagi wisatawan.

Sarana Tranportasi
Desa Candirejo dapat dicapai melalui salah satu dari tiga kota besar, yaitu Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Beberapa transportasi darat tersedia untuk digunakan berkunjung ke desa Candirejo. Jarak Semarang ke desa Candirejo sekitar 90 km. Bila berangkat dari bandara Ahmad Yani Semarang, dapat menggunakan taksi untuk mencapai desa Candirejo. Bila menggunakan bus, tersedia rute Semarang-Magelang. Dari Magelang menuju desa Candirejo, dapat memakai jasa angkutan umum, ojek, atau delman.

Jarak Solo ke desa Candirejo sekitar 100 km. Untuk menuju desa Candirejo dari kota Solo, dapat memakai jasa taksi yang berangkat dari lapangan udara Adi Sumarmo Solo. Bisa juga menggunakan bus yang berangkat dari terminal Tirtonadi ke terminal Umbulharjo. Dari terminal Umbulharjo, tersedia bus yang mengantar ke terminal Borobudur. Dan dari terminal Borobudur, tersedia sarana angkutan umum, ojek, dan delman/andong yang menuju ke desa Candirejo. Jarak Yogyakarta ke desa Candirejo sekitar 40 km. Dari kota ini menuju desa Candirejo, tersedia beberapa sarana transportasi. Taksi dapat digunakan langsung menuju ke desa Candirejo dari lapangan udara Adi Sutjipto Yogyakarta. Bila menggunakan bus, rute terminal Umbulharjo menuju terminal Borobudur dapat dipergunakan. Dari terminal Borobudur menuju desa Candirejo, dapat menggunakan jasa angkutan umum, ojek, dan delman/andong.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Bukit Menoreh


Bukit Menoreh adalah daerah perbukitan yang membentang di wilayah utara Kabupaten Kulon Progo, sebagai batas antara kabupaten tersebut dengan Kabupaten Purworejo di sebelah barat dan Kabupaten Magelang di sebelah utara. Bukit Menoreh adalah basis pertahanan Pangeran Diponegoro bersama para pengikutnya dalam berperang melawan Belanda. Bahkan salah satu putera beliau bernama Bagus Singlon atau yang juga terkenal dengan Raden Mas Sodewo (putera Pangeran Diponegoro dengan R.Ay. Mangkorowati) ikut juga melawan Belanda di wilayah ini. Raden Mas Sodewo atau Ki Sodewo bertempur di wilayah Kulon Progo mulai dari pesisir selatan sampai ke Bagelen dan Samigaluh.

Pegunungan Menoreh merupakan kawasan yang secara adminsitratif terletak di Kabupaten Magelang dan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah dan Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Jogjakarta. Kawasan Menoreh adalah daerah yang membentuk ekosistem yang khas yang menjadi sumber kehidupan mahluk hidup, diantaranya adalah manusia.

Kawasan ini merupakan kawasan karst yang rentan bencana dan sebagai penyangga benda cagar budaya, salah satunya Candi Borobudur yang termasuk 7 keajaiban dunia.

Untuk menuju ke lokasi Bukit Menoreh dapat di tempuh dari arah Yogyakarta maupun arah Muntilan. Lokasi kali ini yang aku kunjungi terletak di daerah Candirejo, Kab. Magelang.
free counters