Bila diuraikan, kata Candi (bahasa Jawa) berarti batu dalam bahasa Indonesia, dan kenyataannya separuh dari luas wilayah desa Candirejo berupa daerah berbukit yang masuk dalam kawasan pegunungan Menoreh yang merupakan bekas gunung api.
Nama Candirejo bermula dari ditemukannya candi di tempat ini. Berdasarkan bukti-bukti peninggalan di desa Candirejo, pernah terdapat sebuah candi yakni candi Brangkal (lokasinya di dusun Brangkal). Bukti peninggalan tersebut berupa batu candi, batu bata, arca, yoni dan sebagainya, yang merupakan peninggalan agama Hindu.
Kehidupan masyarakat desa Candirejo yang masih agraris didominasi oleh kegiatan pertanian. Jika mereka ingin menjual hasil panen dalam jumlah besar maka mereka akan menuju ke pasar Borobudur atau pasar Jagalan. Delman (andong) merupakan alat transportasi setempat yang masih banyak dipergunakan untuk kegiatan ekonomi antardesa. Rumah tradisional mereka berbentuk rumah jawa Kampung dan Limasan. Rumah dan dapur merupakan bagian yang terpisah dan ini masih tampak pada beberapa rumah. Kayu bakar masih merupakan pilihan utama sebagai bahan bakar rumah tangga.
Daya tarik wisata utama dari desa Candirejo adalah segala keunikannya, berupa kebudayaan tradisional, terkait keaslian kehidupan desa yang alami seperti Nyadran, adalah upacara adat mengirim doa untuk leluhur yang dilaksanakan setahun sekali, yakni pada bulan Ruwah (bulan pada kalender Jawa), dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Upacara Nyadran di tingkat desa dilaksanakan di gunung Mijil, sebuah bukit kecil yang terletak di perbatasan desa, yang dipimpin oleh juru kunci gunung Mijil.
Upacara-upacara adat di atas merupakan perlambang hubungan antara manusia dengan Tuhan-nya, manusia dengan leluhurnya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya. Simbol itu muncul dalam bahasa Jawa, "Memetri Bapa Ngangkoso Ibu Pertiwi".
Desa Candirejo juga memiliki sejarah sebagai tempat persinggahan pengikut pangeran Diponegoro (salah satu pahlawan perjuangan Indonesia) ketika berperang dengan tentara Belanda sekitar tahun 1825. Sebagai peninggalan budaya, momen itu tercurah dalam satu arian yang dikenal dengan nama Jathilan, yang menggambarkan latihan perang pasukan berkuda pangeran Diponegoro. Kesenian ini berkembang sejak tahun 1920-an dan memiliki beberapa versi.
Desa Candirejo dan sekitarnya, yang terletak di pegunungan Menoreh memiliki kekayaan sumber daya alam pandan. Pandan ditanam sebagai tanaman pembatas antarlahan dan tepi jalan. Tanaman ini banyak ditemui di bagian atas desa Candirejo, yakni di dusun Ngaglik, dusun Wonosari, dusun Kerekan dan dusun Butuh.
Desa Candirejo dilengkapi dengan sarana akomodasi yang cukup baik. Untuk mempertahankan suasana pedesaan yang masih asli, maka sarana akomodasi yang disediakan di desa Candirejo berupa pondok-pondok penginapan (home stay) yang diusahakan sendiri oleh masyarakat desa Candirejo.
Desa wisata Candirejo menawarkan beberapa paket wisata, antara lain:
Tamasya Keliling Desa
Paket ini menawarkan eksplorasi penjelajahan desa Candirejo, baik dengan berjalan kaki, atau menggunakan sarana angkutan delman (andong) desa. Pada kesempatan ini, wisatawan akan disuguhi dengan keunikan tradisi dan budaya masyarakat setempat, kesenian dan kerajinan rakyat, serta metode sistem pertanian tradisional.
Sistem Pertanian Desa
Paket wisata ini akan meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pelestarian dan pemeliharaan sumber-sumber daya alam, terutama yang berada di desa Candirejo. Para wisatawan dapat langsung merasakan dan mengerjakan bagaimana rasanya berinteraksi dengan alam di areal pertanian, juga dapat ikut berpartisipasi dalam memanen buah-buahan segar langsung dari lokasi pembudidayaannya.
Aktifitas Sungai
Ingin dapat menangkap ikan selincah para penduduk lokal? Bila ya, mari ikuti paket wisata ini dan bergabung dengan komunitas "Nylantrang" (komunitas para penangkap ikan). Para wisatawan dapat merasakan sendiri asyiknya menangkap ikan di sungai,juga dapat menikmati segarnya berenang dan mandi di sungai, tentu saja semua itu dalam pengawasan pemandu wisata.
Pendidikan Lingkungan (Alam)
Paket wisata ini menawarkan pendidikan tidak langsung tentang lingkungan hidup kepada para pelancong. Para wisatawan diharapkan dapat mengerti dan sadar akan pentingnya pelestarian dan pengelolaan alam dan lingkungan demi kelangsungan hidup saat ini dan generasi mendatang. Pelajarilah sistem pertanian organik, proses produksi bibit-bibit organik, dan bentuk pelestarian alam yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Kehidupan Masyarakat Setempat
Para wisatawan dapat tinggal di sebuah pondok penginapan milik penduduk, dan merasakan langsung suasana tradisional Jawa yang masih sangat melekat di tiap-tiap keluarga. Di sini, para pelancong dapat mengamati rutinitas sehari-hari dari masyarakat setempat, mulai dari menyiapkan masakan, cara memasak, sampai suasana tinggal di rumah-rumah desa
Kesenian Tradisional
Para wisatawan memiliki kesempatan untuk menikmati berbagai kesenian tradisional di desa Candirejo. Tiap-tiap kesenian memiliki karakteristiknya masing-masing. Aktifitas menikmati kesenian tradisional di tengah-tengah komunitas penduduk desa akan memberikan nuansa tersendiri bagi wisatawan.
Sarana Tranportasi
Desa Candirejo dapat dicapai melalui salah satu dari tiga kota besar, yaitu Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Beberapa transportasi darat tersedia untuk digunakan berkunjung ke desa Candirejo. Jarak Semarang ke desa Candirejo sekitar 90 km. Bila berangkat dari bandara Ahmad Yani Semarang, dapat menggunakan taksi untuk mencapai desa Candirejo. Bila menggunakan bus, tersedia rute Semarang-Magelang. Dari Magelang menuju desa Candirejo, dapat memakai jasa angkutan umum, ojek, atau delman.
Jarak Solo ke desa Candirejo sekitar 100 km. Untuk menuju desa Candirejo dari kota Solo, dapat memakai jasa taksi yang berangkat dari lapangan udara Adi Sumarmo Solo. Bisa juga menggunakan bus yang berangkat dari terminal Tirtonadi ke terminal Umbulharjo. Dari terminal Umbulharjo, tersedia bus yang mengantar ke terminal Borobudur. Dan dari terminal Borobudur, tersedia sarana angkutan umum, ojek, dan delman/andong yang menuju ke desa Candirejo. Jarak Yogyakarta ke desa Candirejo sekitar 40 km. Dari kota ini menuju desa Candirejo, tersedia beberapa sarana transportasi. Taksi dapat digunakan langsung menuju ke desa Candirejo dari lapangan udara Adi Sutjipto Yogyakarta. Bila menggunakan bus, rute terminal Umbulharjo menuju terminal Borobudur dapat dipergunakan. Dari terminal Borobudur menuju desa Candirejo, dapat menggunakan jasa angkutan umum, ojek, dan delman/andong.
Nama Candirejo bermula dari ditemukannya candi di tempat ini. Berdasarkan bukti-bukti peninggalan di desa Candirejo, pernah terdapat sebuah candi yakni candi Brangkal (lokasinya di dusun Brangkal). Bukti peninggalan tersebut berupa batu candi, batu bata, arca, yoni dan sebagainya, yang merupakan peninggalan agama Hindu.
Kehidupan masyarakat desa Candirejo yang masih agraris didominasi oleh kegiatan pertanian. Jika mereka ingin menjual hasil panen dalam jumlah besar maka mereka akan menuju ke pasar Borobudur atau pasar Jagalan. Delman (andong) merupakan alat transportasi setempat yang masih banyak dipergunakan untuk kegiatan ekonomi antardesa. Rumah tradisional mereka berbentuk rumah jawa Kampung dan Limasan. Rumah dan dapur merupakan bagian yang terpisah dan ini masih tampak pada beberapa rumah. Kayu bakar masih merupakan pilihan utama sebagai bahan bakar rumah tangga.
Daya tarik wisata utama dari desa Candirejo adalah segala keunikannya, berupa kebudayaan tradisional, terkait keaslian kehidupan desa yang alami seperti Nyadran, adalah upacara adat mengirim doa untuk leluhur yang dilaksanakan setahun sekali, yakni pada bulan Ruwah (bulan pada kalender Jawa), dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Upacara Nyadran di tingkat desa dilaksanakan di gunung Mijil, sebuah bukit kecil yang terletak di perbatasan desa, yang dipimpin oleh juru kunci gunung Mijil.
Upacara-upacara adat di atas merupakan perlambang hubungan antara manusia dengan Tuhan-nya, manusia dengan leluhurnya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya. Simbol itu muncul dalam bahasa Jawa, "Memetri Bapa Ngangkoso Ibu Pertiwi".
Desa Candirejo juga memiliki sejarah sebagai tempat persinggahan pengikut pangeran Diponegoro (salah satu pahlawan perjuangan Indonesia) ketika berperang dengan tentara Belanda sekitar tahun 1825. Sebagai peninggalan budaya, momen itu tercurah dalam satu arian yang dikenal dengan nama Jathilan, yang menggambarkan latihan perang pasukan berkuda pangeran Diponegoro. Kesenian ini berkembang sejak tahun 1920-an dan memiliki beberapa versi.
Desa Candirejo dan sekitarnya, yang terletak di pegunungan Menoreh memiliki kekayaan sumber daya alam pandan. Pandan ditanam sebagai tanaman pembatas antarlahan dan tepi jalan. Tanaman ini banyak ditemui di bagian atas desa Candirejo, yakni di dusun Ngaglik, dusun Wonosari, dusun Kerekan dan dusun Butuh.
Desa Candirejo dilengkapi dengan sarana akomodasi yang cukup baik. Untuk mempertahankan suasana pedesaan yang masih asli, maka sarana akomodasi yang disediakan di desa Candirejo berupa pondok-pondok penginapan (home stay) yang diusahakan sendiri oleh masyarakat desa Candirejo.
Desa wisata Candirejo menawarkan beberapa paket wisata, antara lain:
Tamasya Keliling Desa
Paket ini menawarkan eksplorasi penjelajahan desa Candirejo, baik dengan berjalan kaki, atau menggunakan sarana angkutan delman (andong) desa. Pada kesempatan ini, wisatawan akan disuguhi dengan keunikan tradisi dan budaya masyarakat setempat, kesenian dan kerajinan rakyat, serta metode sistem pertanian tradisional.
Sistem Pertanian Desa
Paket wisata ini akan meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pelestarian dan pemeliharaan sumber-sumber daya alam, terutama yang berada di desa Candirejo. Para wisatawan dapat langsung merasakan dan mengerjakan bagaimana rasanya berinteraksi dengan alam di areal pertanian, juga dapat ikut berpartisipasi dalam memanen buah-buahan segar langsung dari lokasi pembudidayaannya.
Aktifitas Sungai
Ingin dapat menangkap ikan selincah para penduduk lokal? Bila ya, mari ikuti paket wisata ini dan bergabung dengan komunitas "Nylantrang" (komunitas para penangkap ikan). Para wisatawan dapat merasakan sendiri asyiknya menangkap ikan di sungai,juga dapat menikmati segarnya berenang dan mandi di sungai, tentu saja semua itu dalam pengawasan pemandu wisata.
Pendidikan Lingkungan (Alam)
Paket wisata ini menawarkan pendidikan tidak langsung tentang lingkungan hidup kepada para pelancong. Para wisatawan diharapkan dapat mengerti dan sadar akan pentingnya pelestarian dan pengelolaan alam dan lingkungan demi kelangsungan hidup saat ini dan generasi mendatang. Pelajarilah sistem pertanian organik, proses produksi bibit-bibit organik, dan bentuk pelestarian alam yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Kehidupan Masyarakat Setempat
Para wisatawan dapat tinggal di sebuah pondok penginapan milik penduduk, dan merasakan langsung suasana tradisional Jawa yang masih sangat melekat di tiap-tiap keluarga. Di sini, para pelancong dapat mengamati rutinitas sehari-hari dari masyarakat setempat, mulai dari menyiapkan masakan, cara memasak, sampai suasana tinggal di rumah-rumah desa
Kesenian Tradisional
Para wisatawan memiliki kesempatan untuk menikmati berbagai kesenian tradisional di desa Candirejo. Tiap-tiap kesenian memiliki karakteristiknya masing-masing. Aktifitas menikmati kesenian tradisional di tengah-tengah komunitas penduduk desa akan memberikan nuansa tersendiri bagi wisatawan.
Sarana Tranportasi
Desa Candirejo dapat dicapai melalui salah satu dari tiga kota besar, yaitu Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Beberapa transportasi darat tersedia untuk digunakan berkunjung ke desa Candirejo. Jarak Semarang ke desa Candirejo sekitar 90 km. Bila berangkat dari bandara Ahmad Yani Semarang, dapat menggunakan taksi untuk mencapai desa Candirejo. Bila menggunakan bus, tersedia rute Semarang-Magelang. Dari Magelang menuju desa Candirejo, dapat memakai jasa angkutan umum, ojek, atau delman.
Jarak Solo ke desa Candirejo sekitar 100 km. Untuk menuju desa Candirejo dari kota Solo, dapat memakai jasa taksi yang berangkat dari lapangan udara Adi Sumarmo Solo. Bisa juga menggunakan bus yang berangkat dari terminal Tirtonadi ke terminal Umbulharjo. Dari terminal Umbulharjo, tersedia bus yang mengantar ke terminal Borobudur. Dan dari terminal Borobudur, tersedia sarana angkutan umum, ojek, dan delman/andong yang menuju ke desa Candirejo. Jarak Yogyakarta ke desa Candirejo sekitar 40 km. Dari kota ini menuju desa Candirejo, tersedia beberapa sarana transportasi. Taksi dapat digunakan langsung menuju ke desa Candirejo dari lapangan udara Adi Sutjipto Yogyakarta. Bila menggunakan bus, rute terminal Umbulharjo menuju terminal Borobudur dapat dipergunakan. Dari terminal Borobudur menuju desa Candirejo, dapat menggunakan jasa angkutan umum, ojek, dan delman/andong.
0 komentar:
Posting Komentar